Kamis, 26 September 2013

Gawat, pelajar di Jakbar kerap keluyuran malam

Yakkk bapak Edi dan kawan-kawan yg saya cintai, sepertinya ini berita yg paling menggegerkan dan meresahkan bagi kita, bisa saja karena TINGKAH LAKU mereka yg BENGAL membuat kita yg membawa MOTOR dengan BAIK & BENAR menjadi terkena TILANG dan DITAHAN MOTORnya, padahal kita menggunakan motor untuk tujuan yg POSITIF.

Berikut beritanya..


don't try it by yourself..

Kamis,  26 September 2013  −  18:18 WIB
Gawat, pelajar di Jakbar kerap keluyuran malam<gambarnya GreGet bangettt>
Ilustrasi (istimewa)
Sindonews.com - Pemberlakuan jam malam di DKI Jakarta tampaknya memang harus segera diberlakukan. Pasalnya, di Jakarta Barat, banyak pelajar yang kerap keluyuran hingga larut malam.

Sebulan belakangan ini, di kawasan CNI (Puri Raya), Jalan baru Taman Aries, dan Jalan Puri Kencana (Kawan Lama), kerap dijadikan tempat nongkrong pelajar. Ironisnya, para pelajar ini biasa menggelar pesta minuman keras, prostitusi, dan balap liar.

Kapolsek Kembangan, Kompol Heru mengatakan, dalam sebulan belakangan ini, pihaknya hampir seminggu sekali melakukan Razia di tiga kawasan tersebut.

Setiap malam Sabtu dan Minggu di Kawasan CNI sekitar pukul 00.00 WIB hingga pagi, pihaknya banyak temukan pasangan muda-mudi yang berbuat asusila.

Bahkan banyak anak-anak muda yang kami temukan sedang pesta miras dan setelah itu mereka balap liar.

"90 persen pelajar SMP dan SMA, paling banyak SMA. Kami hanya memberi sanksi teguran dengan memanggil orang tuanya masing-masing, namun jika kembali tertangkap, kami akan proses hukum," kata Kompol Heru di Mapolsek Kembangan, Kamis (26/9/2013).

Selain melakukan razia rutin, pihaknya juga telah menyosialisasikan ke setiap sekolah, ke lingkungan RT, RW, kelurahan dan kecamatan mengenai pentingnya mengawasi anak-anak pada jam malam mengingat banyaknya gejala sosial yang ditemukan di lapangan.

"Bagi para orang tua yang sudah mengetahui anaknya tidak ada dirumah diatas jam 22.00 WIB, segera cari. Kalau perlu hubungi kepolisian untuk mencari bersama-sama. Ini untuk menjaga masa depan anak muda penerus bangsa," jelasnya.

 Copyright from : http://metro.sindonews.com/read/2013/09/26/31/787849/gawat-pelajar-di-jakbar-kerap-keluyuran-malam

Jokowi: Masalah Warga Waduk Ria Rio sudah clear


Kamis,  26 September 2013  −  16:49 WIB
Jokowi: Masalah Warga Waduk Ria Rio sudah <i>clear</i>
Jokowi. (Sindophoto)
Sindonews.com - Penolakan warga yang menghuni bantara Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Barat, melunak setelah disambangi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Bahkan Jokowi menjamin kalau masalah tersebut sudah rampung.

"Sudah clear, rampung, coba nanti tanya. Hari Sabtu pembagian undian, nanti yang lansia di lantai bawah tanpa harus diundi," kata Jokowi saat ditemui di Balai Kota, Kamis (26/9/2013).

Jokowi mengatakan, tidak akan memberikan tambahan ruangan bagi warga Waduk Ria Rio yang direlokasi. Karena Pemprov DKI sudah tidak memiliki anggaran untuk penambahan itu.

"Tidak ada, Pemprov tidak punya anggaran itu," jelasnya.

Menurut Jokowi, warga Waduk Pluit hanya ingin memastikan jika mereka mendapat ruangan di Rusun Pinus Elok, termasuk isinya. Beberapa di antara mereka ada yang meminta agar isi di ruangan seperti kulkas diganti dengan dispenser.

"Cuma satu warga saja yang meminta kulkas, yang lain enggak ada masalah," bebernya.

Saat ditanya mengenai persoalan lahan, Jokowi mengutarakan tidak ada. Warga yang direlokasi nantinya tinggal disiapkan truk sebagai kendaraan pengangkut barang-barang pindahan.

"Warga sudah siap. Terserah mereka mau pindah kapan. Sabtu masih pengundian. Semuanya sudah clear rampung," tutupnya.

 Copyright from : http://metro.sindonews.com/read/2013/09/26/31/787818/jokowi-masalah-warga-waduk-ria-rio-sudah-clear

Lurah Susan Masih Ditolak, Jokowi Ajak Makan Siang Warga LA

Lurah Susan Masih Ditolak, Jokowi Ajak Makan Siang Warga LA
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. (Liputan 6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta : Sukses mengatasi permasalahan terkait relokasi warga Waduk Ria Rio dengan mengajak perwakilannya makan siang, Jokowi akan segera mengundang perwakilan warga Lenteng Agung yang menolak Susan Jasmine Zulkifli menjabat sebagai lurah di daerah itu.

"Nanti diajak makan siang. Ya, nanti diundanglah. Warga Lenteng Agung. Minggu depan diundang makan siang. 12 orang," kata Gubernur DKI Jakarta bernama lengkap Jokowi itu di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Walaupun sebenarnya ia mengaku sudah bertemu dengan salah satu warga, yang mengantarkan surat keberatan atas Lurah Susan. Namun, ungkap Jokowi, ia akan membuka pintu Balaikota untuk warga Lenteng Agung jika memang perlu ditemui untuk berdialog langsung.
Jokowi juga menuturkan, dirinya sudah berulang kali menegaskan persoalan di Lenteng Agung adalah masalah manajerial lurah, kemampuan mengelola masalah, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga ia tidak dapat begitu saja mencopot seseorang dari jabatannya tanpa alasan jelas, terlebih jika tidak terkait dengan kinerja.
"Yang saya nilai hanya prestasinya seperti apa. Dan ini baru berjalan belum ada 3 bulan. Saya akan nilai itu setelah 6 bulan. Itu pun dengan sebuah survei Index Goverment Service. Tidak awur-awuran. Paling nanti dari checking survey, saya akan cek ke lapangan. Bener? Bener? Ya," pungkas Jokowi. (Tnt/Yus)

Copyright from : http://news.liputan6.com/read/703774/lurah-susan-masih-ditolak-jokowi-ajak-makan-siang-warga-la

Pakai Peci Miring, Jokowi: Gusdurian Seperti Itu

Pakai Peci Miring, Jokowi: Gusdurian Seperti Itu
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. (Liputan 6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta : Jokowi diberi cenderamata berupa peci mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Gubernur DKI Jakarta yang bernama lengkap Joko Widodo itupun mengenakan peci tersebut dalam posisi miring, mirip dengan kebiasaan Gus Dur semasa hidup.

"Lho memang gimana toh. Ya memang pakainya yang benar seperti itu. Gusdurian seperti itu," kata Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Jokowi mengaku cukup terkejut ketika diberi peci warisan Gus Dur oleh Sinta Nuriyah dalam acara peringatan ulang tahun The Wahid Institute siang tadi. Sebab sebelumnya mantan Walikota Solo itu mengira akan diberi sarung. Meski demikian Jokowi merasa cukup senang mendapatkan cenderamata asli milik Gus Dur.
Namun, Jokowi tidak ingin berkomentar saat pemberian tersebut dikait-kaitkan sebagai kode dari keluarga Gus Dur terhadap pencalonan dirinya dalam Pilpres 2014 mendatang.
"Saya itu nggak urusan copras-capres, surva-survei, nggak ada urusan. Tapi nanti kalau shalat Jumat dipakai. Besok mau dipakai," tutur Jokowi. (Eks/Yus)


Copyright from : http://news.liputan6.com/read/703886/pakai-peci-miring-jokowi-gusdurian-seperti-itu

Kamis, 12 September 2013

Ahmad Dhani: Dul Alami Multiple Trauma

Dicky Ardian - detikhot
Kamis, 12/09/2013 19:27 WIB
http://images.detik.com/content/2013/09/12/230/192820_181010_120319_dhanidalem.jpg
Jakarta - Ahmad Dhani mengatakan, trauma yang dialami Dul termasuk parah. Karena itu menurut Dhani banyak temuan-temuan setiap harinya mengenai kondisi Dul.

"Semoga sih tidak ada temuan-temuan lain pada Dul. Karena kita harus kita pahami Dul ini multiple trauma ya, tabrakan itu multiple trauma nggak bisa sehari langsung ketahuan semua penyakitnya," urai Dhani di RSPI, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2013).

"Hari pertama, kedua, dan ketiga banyak temuan-temuan ya. Sekarang segala temuan sudah diatasi dan berjalan dengan baik," lanjutnya menjelaskan.

Mengenai kemungkinan Dul dibawa ke Singapura, Dhani juga belum bisa memutuskan. Sempat mengungkapkan sang anak hampir pasti dibawa, Dhani kini mengaku akan melihat terlebih dahulu kondisi Dul dan kemungkinannya.

"Bisa iya bisa nggak. Kalau kemajuannya cepat sekali bisa nggak," ujarnya.

Copyright : http://hot.detik.com/read/2013/09/12/192736/2357429/230/ahmad-dhani-dul-alami-multiple-trauma?h991102207 

Dhani Anggap Wajar Jika Dul Tak Bisa Lepas dari Maia

Dicky Ardian - detikhot
Kamis, 12/09/2013 19:37 WIB
http://images.detik.com/content/2013/09/12/230/194527_photomaiadul.jpg
















 Jakarta - Selama dirawat di rumah sakit, Dul tak bisa lepas dari dampingan sang ibunda, Maia. Bahkan tangan Maia juga selalu dipegangi oleh Dul.

Pentolan Duo Maia itu juga sudah berhari-hari tampak tak pernah beranjak dari rumah sakti untuk menemani anak ketiganya itu. Ahmad Dhani pun melihat hal itu wajar adanya.

"Dul kan belum dianggap remaja ya, masih anak-anak. Ya tentunya dia shock dan mau ditemani orang," ungkap Dhani ditemui di RSPI, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2013).

Menurut Dhani kondisi sang anak kini masih cukup mengkhawatirkan. Karenanya ia masih belum tahu apakah akan pasti membawa anaknya itu ke Singapura untuk menjalani perawatan lebih jauh.

Dhani yang semalam memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa itu juga mengatakan, Dul semalam (11/9) baru saja menjalani operasi tambahan.

"Semalem operasi tulang belakang, ruas 7 dan 8. Selesai jam 2.30 WIB," ujarnya.




Copyright from : http://hot.detik.com/read/2013/09/12/193320/2357433/230/dhani-anggap-wajar-jika-dul-tak-bisa-lepas-dari-maia?h991101207 

Kamis, 05 September 2013

Pacaran di taman, siap-siap ditangkap 'polisi'

Kamis,  5 September 2013  −  19:33 WIB
Pacaran di taman, siap-siap ditangkap 'polisi'
Ilustrasi (istimewa)
Sindonews.com - Masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) mulai resah dengan ulah remaja yang menjadikan ruang terbuka hijau menjadi lokasi pacaran. Untuk mengatasinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel akan membentuk polisi wisata yang diambil dari warga sekitar.

“Minggu depan kita akan melantik 100 warga untuk menjadi polisi wisata, seperti rekanan polisi begitu lah," kata Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany di kantornya, Kamis (5/9/2013). 

Nantinya, lanjut Airin, polisi wisata tersebut akan dilengkapi dengan senter, sepeda, dan baju seragam. Mereka akan berpatroli di lingkungannya termasuk sejumlah taman.

"Sebab, banyak aduan dari masyarakat kalau di taman kita seperti di Situ Gintung kini menjadi tempat pacaran,” terangnya.

Airin juga berharap kepada warga yang menjadi ‘polisi wisata’ tersebut bisa berguna juga untuk menginformasikan kepada petugas kepolisian jika ada kegiatan masyarakat yang dicurigai sebagai kelompok teroris.

“Ya sekalian juga itu (teroris),” tandasnya.

Copyright From : http://metro.sindonews.com/read/2013/09/05/31/779799/pacaran-di-taman-siap-siap-ditangkap-polisi

Jokowi Senyum-Senyum Tanggapi Perubahan Nama Jalan

Kamis, 5 September 2013 19:28 wib

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (dok okezone)
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (dok okezone)
JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengungkapkan, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) hanya senyum-senyum menanggapi usulan dari tim 17 untuk mengubah nama jalan di Silang Monas.

"Berdasarkan kajian lah. Pak gubernur juga senyum-senyum aja tuh," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Mantan Bupati Belitung Timur itu menambahkan dirinya hanya khawatir akan terjadi kecemburuan terhadap presiden masa datang.

"Kalau 50 tahun akan datang, nanti bekas-bekas presiden sudah meninggal mau taruh di jalan mana lagi. Gak enak kan?" pungkasnya.

Sebelumnya, Jokowi mengaku masih menunggu surat dari tim delegasi 17 terkait perubahan nama di Silang Monas tersebut. "Saya mau komentari apa. Wong usulannya saja belum sampai di meja saya," katanya.

Namun usulan perubahan nama Jalan Medan Merdeka Barat menjadi Jalan Soeharto mendapat penolakan dari para sejarawan dan dari keluarga besar Soeharto sendiri.


Copyright from : http://jakarta.okezone.com/read/2013/09/05/500/861442/jokowi-senyum-senyum-tanggapi-perubahan-nama-jalan

Jokowi Akan Dicap Antek Orba bila Dukung Jalan Soeharto

Kamis, 5 September 2013 09:11 wib
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Foto: Dede/Okezone)
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Foto: Dede/Okezone)
JAKARTA - Sejarawan, JJ Rizal, mengingatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk berhati-hati dengan pihak-pihak yang ingin membersihkan nama Presiden ke-2 RI Soeharto dengan menjadikannya sebagai nama jalan.

"Nama (Jalan) Soeharto malah melagalisasi kejahatan, korupsi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Kalau Jokowi terjebak untuk menyetujui, sama saja dia antek Orba yang ingin melakukan pembersihan nama Soeharto," jelas Rizal kepada Okezone, Rabu (4/9/2013) malam.

Rizal mengatakan, ada pihak tertentu yang ingin membersihkan nama mantan Presiden Soeharto dengan mengemas dalam usulan penggantian nama Jalan Medan Merdeka.

"Saya diundang oleh Pak Jimly dalam pertemuan merumuskan Sukarno-Hatta dijadikan nama jalan. Tapi waktu pertama datang saya lihat ada kepentingan politik lain. Saya putuskan untuk tidak terlibat, karena saya lihat ada kepentingan partai tertentu, apalagi setelah saya tahu sekarang Soeharto ikut jadi nama jalan," paparnya.

Rizal menambahkan, Soekarno dan Moh Hatta memang layak dijadikan nama jalan. Sebab, keduanya merupakan inspirasi yang baik bagi generasi penerus bangsa. “Tapi kalau Soeharto, hal-hal bersifat inspirasi buruk kepada generasi penerus bangsa yang akan ditularkan," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Tim 17 mengusulkan penggantian nama Jalan Medan Merdeka. Merdeka Barat diganti menjadi Jalan Soeharto, Merdeka Timur menjadi Jalan Ali Sadikin, Merdeka Selatan Jalan Mohamad Hatta dan Jalan Merdeka Utara menjadi Jalan Soekarno.

Usulan Jalan Soekarno dan Hatta banyak pihak menyepakati, sementara Jalan Ali Sadikin dan Jalan Soeharto menimbulkan pro dan kontra.


Copyright from = http://jakarta.okezone.com/read/2013/09/05/500/860979/jokowi-akan-dicap-antek-orba-bila-dukung-jalan-soeharto

Kamis, 29 Agustus 2013

Ahok tantang warga Lenteng Agung demo dirinya

Ahok tantang warga Lenteng Agung demo dirinya

Andry
Kamis,  29 Agustus 2013  −  13:05 WIB
Ahok tantang warga Lenteng Agung demo dirinya
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Okezone)
Sindonews.com - Aksi demonstrasi ratusan warga Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan yang menolak dipimpin lurah wanita dan non muslim membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram.

"Rotasi dan pencopotan akan dilakukan berdasarkan kebutuhan pelayanan dan kemampuan PNS. Bukan karena seperti masalah Lurah Lenteng Agung. Itu primordial, kenapa enggak demo gue sekalian," kata Ahok dengan nada kesal di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (29/8/2013).

Ahok menyampaikan, penempatan pejabat yang duduk di kursinya masing-masing berdasarkan hasil uji kompetensi. Para pejabat itu, termasuk Lurah Lenteng Agung hasil lelang jabatan secara terbuka sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.

"Tapi yang jelas kita tidak rotasi atau copot orang karena didemo. Apalagi demo primordial, kita cuma taat konstitusi kok," pungkasnya.

Ahok menegaskan, akan mengevaluasi pejabat eselon II dengan tolak ukur kinerja lurah dan camat.




Copyright : http://metro.sindonews.com/read/2013/08/29/31/776876/ahok-tantang-warga-lenteng-agung-demo-dirinya

Jokowi : Kalau mau, temui saya di Tanah Abang

Ditunggu demo sopir Metro Mini di Balai Kota

Jokowi: Kalau mau, temui saya di Tanah Abang

Andry
Kamis,  29 Agustus 2013  −  15:58 WIB
Jokowi: Kalau mau, temui saya di Tanah Abang
Jokowi saat meninjau Blok G Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu. (Foto: Imam Buddy Utomo/Sindonews)
Sindonews.com - Aksi para sopir Metro Mini di Balai Kota yang menuntut agar armada yang dikandangkan dikeluarkan mulai memanas. Hingga kini mereka masih menunggu agar ditemui oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Sayangnya, Jokowi tampaknya enggan menemui para sopir tersebut.

"Biar saja tetep di sana (Balai Kota), kalau mau tetap menemui saya, ya ke Tanah Abang atau ke Ria Rio," katanya disela-sela kunjungannya di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2013).

Mengenai metro mini yang sudah dikandangkan, dia mengatakan, itu merupakan mobil yang sudah tidak layak jalan. Jika keinginan sopir itu dikabulkan, maka dapat membahayakan orang.

"Kalau metromini rem blong enggak ada speedometer, bawa penumpang sopir ugal-ugalan, knalpot begitu, uji KIR enggak ada, apa mau diterusin. Kalau enggak tertib bisa berbahaya," katanya.

Karena tak kunjung ditemui Jokowi, akhirnya demo para sopir Metro Mini di depan Balai Kota mulai memanas. Mereka men-sweeping sejumlah angkutan umum yang melintas di dekat lokasi demonstrasi.

Mereka juga memaksa sejumlah Kopaja dan Metro Mini yang masih beroperasi untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut. Sejumlah Kopaja dan Metro Mini dicegat dan penumpangnya diturunkan.

Sebelumnya, ratusan sopir Metro Mini tersebut jugas empat mengejar mobil Satpol PP yang melintas. Tak hanya itu, mereka juga berniat menghancurkan mobil tersebut.


Copyright : http://metro.sindonews.com/read/2013/08/29/31/776996/jokowi-kalau-mau-temui-saya-di-tanah-abang

Minggu, 28 Juli 2013

Sejarah

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, walikota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)


Pasukan Pangeran Jayakarta menyerahkan tawanan Belanda kepada Pangeran Jayakarta

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.[16] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[17]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Jakarta (1942–Sekarang)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[18]
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).



Copyright :  https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

Perkenalan Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[4] atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia. [5][6]
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).[7] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[8] merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.



Copyright : https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

Etimologi Jakarta

Etimologi

Nama Jakarta digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[9] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[10] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[11] demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten[12] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[13] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[14] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[15]


Copyright : https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta